Jumat, 27 Januari 2012

Catatan yang terpenggal

Masih hangat sajianmu
sepinggan lara kucicipi pahit buatanmu
terasa kembali di tengkuk tenggorokanku
sebanding kala waktu yang usai

bak petir gemuruh tanpa hujan
kegalauan langit menjelma
semaikan luka yang diperam
muncul di semak membelukar

kini
tak peduli kelakarmu berkoar
tak peduli sederet lakumu
cukup dalam diam
beradanya diriku

Rabu, 25 Januari 2012

Derit kesunyian


Menikmati nuansa sunyi dalam riaknya

debur kesyahduan ada kedamaian di lipatan gemuruhnya

lalu hening bertandang

penuhi dimensi sepi

resapi saat dirimu larut didalamnya

lepas dari belantara pikir yang membelukar

mendekap dualitas dalam senyum mengulum

ach,..selamat datang kehidupan

kesadaran yang hakiki telah kau temukan



Jumat, 20 Januari 2012

Bermainlah dalam rinduku




Belai rindumu menyentuhku
menyesak penuhi rongga denyut nadi
deraikan bulir mutiara bening di sudut kelopak
karena tak kuasa mendekapmu
membawamu dalam bilik perinduku

senyummu permainkan lambung imajiku
limbungkan hasrat untuk menjamahmu
tapi dayaku hanya sebatas pandang
bermainlah sayang,
di ayunan kasihku

Rebahkan parasmu di pangkuanku
biarkan jemariku leluasa merengkuh
setiap ruas lekuk tubuhmu
hingga gelak rindu menggema
tawarkan sendu dalam pelukan

Ach,,indahnya sayang
kau permainkan rasaku semalam
meski sejenak bayangmu melintas
membasuh kerinduan
lelapkan malam dalam kenang

Kamis, 19 Januari 2012

Keanehan yang dirasa indah



Bermula dari seringnya berpeluk dengan keheningan
merambat menapaki tangga tangga kesunyian
duduk menempati bangku kesendirian
bukan sepi yang hinggap dalam rasa
malah kedamaian saat masuk di kehampaan
akhirnya menyatu, lebur dalam dunia yang jauh dari hingar bingar
timbul kejanggalan memang, yang sebagian orang menyebutnya suatu "keanehan"

Bagi saya berkawan dengan hening, sunyi, sepi
ada sentuhan bahasa jiwa bercakap dengan sang diri
tertuang dalam notasi aksara
melibatkan semua kemajemukan rasa tersaji
dan keanehan berikutnya
saya menyukai bila diacuhkan
karena saat terindah menanti saya
leluasa menumpahkan yang tersirat dari kecamuk belantara benak

Segala letih, penat, lelah kan tertuang dalam bejana hasrat
tak ada celah memikirkan tema yang bertajuk praduga maupun prasangka tak berujung
semuanya dialirkan dalam telaga kejernihan yang menampung keteduhan

Nuansa baru


Sepercik kelam haru terpelanting
pelan melambung tersembunyi dibalik deretan awan
gelegar petir menamparnya pilu
bersama hujan luruh membumi

tak ada hasrat tuk menoleh yang tlah berlalu
biarkan terkubur tertimbun
di sepetak kotak lenyapkan memori
karena nuansa baru telah tumbuh

serpih gelap tak lagi membias
tergantikan nuansa bening
sesejuk tetes embun diselarik dedaunan
endapkan secercah kedamaian

Nuansa baru telah tercipta, di pembatas alur usia
menutup gerai silam yang mengabut
larungkan ke pusara mengabadi
lepas menyublin selaksa buih pendewasaan

Biarkan larut bersama lenturnya ketulusan
yang memapah bahasa jiwa
merambat di palung terdalam
dimana esensi keberadaan-Nya menyatu dalam nalar

Rabu, 18 Januari 2012

Jalan ini,..



Jalan ini tak lagi lengang
riak kecil menyuara
dintara serbuan prahara
dilipatan waktu yang terlewati

Jalan ini tak lagi sunyi
yang selalu bertutur kidung keheningan
kecipak nada sumbang
menyulut bait lisan, lepuhkan bahasa jiwa

Jalan ini pun
temali pasrah mengikat
tuk lanjutkan sejengkal langkah
membiarkan arah mata angin

menunjukkan tanda
dimana hendak bermuaranya
mungkin akan kembali menuju jalan ini
Entahlah,..

Tak berpelangi



Ada lelah menggurat
meremas kanvas putih
runtuhkan surai asa yang telah terbangun
mengundang jiwa jadi lunglai


lemah
rapuh
tertatih



Mestinya langit merona
hamburkan senyum menyimpul kilau pelangi
tiba tiba terhalang barisan mendung
senyawa pun tercabik


Peluh terlanjur letih
membahasakan tentang lakumu
sabar sebagai sandaran pamungkas
mendamba kelak
biarkan hujan yang meluluhkan

Minggu, 15 Januari 2012

Senja pun Lena



Kanvas waktu di ufuk maya
bertandang menyapa kekosongan jiwa
berawal liukan eja terbingkai aksara
pesonakan nurani yang menyimak
hingga membuai imaji sang penikmat

Sesaat hasrat terketuk menyentuhnya
saling berpagut tak terelakkan
denting rindu bertalu
kepakkan syair mendayu
ketika sua berselang jeda

Pelan musim bergulir
riak jemu meronta
diantara kemajemukan dusta
letih pun melepuh sekujur rasa
hingga jelang senja

Tersadar
waktu menyeret raga
terjebak di kanvas maya
bermain warna dalam bias semu
endapkan timbunan kesia siaan

Seteguk kenikmatan



ada pekat mendekap
menjalar penuhi rongga
perlahan menyesak di ruas nadi
hingga legam tertutup kelam

ada gelap menyisir
dalam lorong tiada lentera
sunyi temaram melingkupi
hanya hening bersenandung

cukup tirta suci
basuh lelah sekujur nurani
meski seteguk aliri
nikmat tak terkira

hanya sebuah tutur



Bila telah sampai di ujung masa
tak ada lagi aksara berbincang
tak dibutuhkan ucap
untuk berkata
cukup dalam diam
sebagai wujud kesadaran
telah hadir menjiwa