Masih hangat sajianmu
sepinggan lara kucicipi pahit buatanmu
terasa kembali di tengkuk tenggorokanku
sebanding kala waktu yang usai
bak petir gemuruh tanpa hujan
kegalauan langit menjelma
semaikan luka yang diperam
muncul di semak membelukar
kini
tak peduli kelakarmu berkoar
tak peduli sederet lakumu
cukup dalam diam
beradanya diriku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar